Asas Akhlak Yang Ketiga Adalah tidak mengikuti dorongan emosi, terutama kemarahan.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Jangan marah.” Yuk baca juga artikel Asas Akhlak Kedua

‌‌‌

الركن الثالث: من أركان الأخلاق: عدم الانسياق انفعالات النفس وبخاصة الغضب؛ قال : «لا تَغْضَبْ»، فعندما ينفعل الإنسان ويغضب عليه أن لا يباشر وقت غضبه أي قول أو أي فعل؛ لأنَّ أيَّ قولٍ وأَيَّ فعلٍ يباشره وقت غضَبِهِ سيخرج به في الغالب عن نطاق الخُلق والأدب.

Asas yang ketiga dari akhlak adalah tidak mengikuti dorongan emosi, terutama kemarahan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Jangan marah.” Ketika seseorang merasa marah dan emosinya meledak, ia tidak boleh langsung mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan apa pun, karena setiap perkataan atau tindakan yang dilakukan saat marah akan sering kali mengarah pada perilaku yang keluar dari batas-batas akhlak dan adab.

‌‌‌
وقد قيل في ذمّ الغضب وتقبيحه : الغضب أوّله جنون، وآخره ندم»؛ لأنَّ الَّذِي يتصرف وقت غضبه بقول أو بفعل؛ يتصرف بغير انضباط؛ ولهذا: على الإنسان أن لا ينساق مع انفعالات النفس؛ فإذا كان منفعلا يجلس، قال عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامْ: إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ؛ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ» (۲)، وقال عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : «إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتُ» (۳)؛

‌‌‌قوله «فَلْيَسْكُتْ : امتناع عن الكلام وقت الغضب، وقوله «فَلْيَجْلِسْ»: امتناع عن الفعل وقت الغضب.

Dikatakan tentang keburukan dan celaan terhadap marah: “Marah itu awalnya adalah kegilaan, dan akhirnya penyesalan,” karena seseorang yang bertindak saat marah, baik dengan perkataan atau perbuatan, akan bertindak tanpa kendali. Oleh karena itu, seseorang harus berusaha untuk tidak mengikuti dorongan emosinya. Jika ia merasa marah, ia disarankan untuk duduk, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaknya ia duduk; jika kemarahan itu hilang, maka baiklah, jika tidak, hendaknya ia berbaring.” (HR. Bukhari) Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Jika salah seorang dari kalian marah, hendaknya ia diam.” (HR. Bukhari)

Makna dari sabda “hendaknya diam” adalah menahan diri dari berbicara saat marah, sementara “hendaknya duduk” berarti menahan diri dari tindakan apa pun saat marah.

‌‌‌فهذان الأمران الكلام والفعل – وقت الغضب مطلوبان من المسلم أن

‌‌‌يكف نفسه عنهما إلى أن يسكن غضبه؛ لأنَّه وقت انفعاله قد يباشر أقوالا

‌‌‌
وأعمالا تتنافى مع الأدب والخلق؛ فيحتاج من أراد لنفسه أن يكون خَلوقًا أن لا ينساق مع انفعالات النفس، ولا سيّما وقت غضبه، وقد جاء في بعض روايات الحديث أنَّ الصَّحابي قال: «فتأملت ذلك؛ فوجدتُ أنَّ الغضب جِمَاعُ الشَّرِّ » (۱)؛ لأنَّه إذا كان ينساق مع انفعالاته ومع غضبه سيفضي به ذلك إلى الوقوع في شرور عظيمة؛ لا تحمد عاقبتها.

Kedua hal ini, yakni berbicara dan bertindak, saat marah adalah sesuatu yang harus dihindari oleh seorang Muslim hingga kemarahan itu mereda, karena dalam keadaan marah, seseorang bisa saja mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan adab dan akhlak. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin memiliki akhlak yang baik harus mengendalikan dirinya dan tidak terbawa oleh emosi, terutama saat marah. Dalam beberapa riwayat hadits, dikatakan bahwa seorang sahabat berkata: “Saya merenungkan hal ini, dan saya mendapati bahwa marah adalah sumber dari segala keburukan,” karena jika seseorang mengikuti dorongan emosinya saat marah, hal itu akan membawanya pada perbuatan buruk yang besar dengan akibat yang tidak baik.”

Yuk Subscribe Akun Youtube Dukkanumuwahhidin

Tags: adab, adab baik, akhlak, akhlak mulia, hadits adab, haji, mulia, puasazakat, sholat, sunnah, umroh, wajib